Hasil Penelitian Manfaat Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth)
(Daun Kumis Kucing Sumber: Pixabay) |
Di Indonesia, tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) dikenal sebagai tanaman obat keluarga. Menurut Hossain (2007), tanaman yang termasuk dari suku Lamiaceae ini banyak digunakan untuk mengobati penyakit seperti edema, hepatitis, penyakit kuning, hipertensi, diabetes mellitus, rematik, influenza dan lain-lain.
Daun kumis kucing mengandung beberapa senyawa kimia antara lain minyak atsiri 0,02-0,06%, terdiri dari 60 macam seskuiterpen dan senyawa fenolik (Sudarsono dkk., 1996 dalam Prayoga, S. 2008).
Tanaman ini juga mengandung Benzokhromon, Orthokhromen A, methyl riparikhromen A dan asetovanillochromen. Diterpen, isopimaran–type diterpen (orthosiphones dan orthosiphol), primaran–type diterpen (neoorthosiphol dan staminol A). Flavonoid, sinensetin, tetrametil sculaterin dan tetramethoksiflavon, eupatorin, salvigenin, circimaritrin, piloin, rhamnazin, trimethilapigenin, dan tetrametilluteonin, kadar flavonoid lipofilik pada daun kumis kucing ini antara 0,2-0,3%, kadar flavonoid glikosida juga sekitar itu. Kandungan lain pada tanaman ini antara lain asam kafeat dan turunannya (contoh asam rosmarat) inositol, fitosterol (contoh β-sitosterol) dan garam kalium (Barnes et al., 1996 dalam Prayoga, S. 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Maheswari, et al. (2008) menunjukkan ekstrak metanol daun kumis kucing (200 mg/kg) memiliki aktivitas hepatoprotektif yang diujikan pada tikus.
Aktivitas biologis dari senyawa bioaktif ekstrak n-heksana daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus).
Senyawa Bioaktif
|
Aktivitas Biologis
|
1,1-Dicyclopentylethane
|
Antiinfluenza A
dan B (Smee et al., 2001), antitumor dan antimikroba (Kakiuchi et
al., 1986) |
Bicyclo[3.2.0]hept-2,6-diene-1,2,3,4,4,5,6-d(7) |
Antimikroba, antinosiseptif,
antioksidan, insektisida (Dembitsky, 2008) |
n-Butyl
palmitate
|
Penolak
serangga (repellent), antitumor (Harada et al., 2002), bahan
pelembut atau pelarut dalam industri kosmetik (parfum) (Khan et al.,
2016), antioksidan, plasticizer, flavours atau perisa (Bouaziz et
al., 2010; Syamsul et al., 2010; Radzi et al., 2005) |
1-oxo03.alpa.-(4-methyl-3-pentenyl)-6.alpa.-methyl-6a.alpa.-carbomethoxy-1,3,3a.alpa.,6a-tetrahydrocyclopenta[c]furan
|
Antijamur dan
antibakteri, antiinflamasi, analgesik, antituberkular, anti depresi,
antivirus, antikanker antileishmanial (Shalini et al., 2010), katalis
dalam industri (Doung et al., 2004), bahan matriks semikonduktor
organik (Hartman et al., 2010) |
1,1,3,3,5,5,7,7,9,9,11,11,13,13- tetradecamethylheptasiloxane
1,4-bis(trimethylsilyl)-benzene |
Antibakteri,
antijamur, kosmetik, cat, pernish (Febronia & Santhi, 2017) Antitumor
(Prakasia & Nair, 2015) |
Silicone
grease, Siliconfett
|
Agen
antiinflamasi (Mane et al., 2010), anestesi lokal (Kossakowski & Zawadowski,
1987), sitotoksik terhadap sel kanker (Kossakowski et al., 2005), bahan baku
di industri barang pecah belah (Haiduc, 2004) |
Aktivitas biologis dari senyawa bioaktif ekstrak metanol
daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus)
Senyawa Bioaktif
|
Aktivitas Biologis
|
Z,Z-6,24-Tritriacontadien-2-one
|
Antioksidan,
antibakteri, immunomodulator (Amin, 2015), biodegradasi limbah, stimulus
pertumbuhan (Pimda & Bunnag, 2017) |
Phytol
|
Prekursor
vitamin E, antimikroba, antikanker (Byju et al., 2013), antisedatif,
ansiolitik (Rivelilson et al., 2014), sitotoksik, antioksidan,
antinosiseptif, antiinflamasi, antibodi, dan antimikroba (Islam et al.,
2018) |
alpha.trans- sesquicyclogeraniol
|
Antioviposisi
pada serangga (Muryati et al., 2012), antibakteri, antiflogistik/
antiperadangan, antituberkulosis (Salimpour et al., 2011) |
D,.alpha.-Tocopherol
|
Antioksidan
(Astley, 2003) |
(E)-5,10-secocholest-1(10)-en-3,5-dione
|
Antilipemik
(Jaafar & Jaafar, 2019) |
Stigmasta-5,22-dien-3.ol
|
Sintesis
progesteron, antimikroba, antivirus, antikanker, antioksidan (Sunita et al.,
2017) |
1,5-Dimethyl-6-(1,5-dimethylhexyl)-15,16-epoxy-18-oxatetracyclo[9.6.1.0(2,10).0(5,9) |
Antimikroba (Pradheesh et al., 2017) |
Silicon grease,
siliconfett
|
Agen
antiinflamasi (Mane et al., 2010), anestesi lokal (Kossakowski &
Zawadowski, 1987), sitotoksik terhadap sel kanker (Kossakowski et al.,
2005), bahan baku di industri barang pecah belah (Haiduc, 2004) |
Sumber: Surahmaida, S. 2019
Daun Kumis Kucing telah dipakai selama berabad-abad di Asia Tenggara. Selama ini tanaman tersebut sudah digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan pada gangguan saluran kemih dan ginjal, hipertensi, diabetes melitus, dan gout. Selain itu, Orthosiphon aristatus terbukti memberikan efek diuretik.(Han, CJ 2007 dalam Budiman, 2013).
Berikut disampaikan manfaat utama Daun Kumis Kucing bagi kesehatan, antara lain:
Manfaat Daun Kumis Kucing sebagai Penurun Hipertensi
Hipertensi adalah masalah utama kesehatan di dunia dan jumlah penderita semakin meningkat dari tahun ke tahun (Rawat et al., 2016).
Seiring dengan meningkatnya prevalensi hipertensi di Indonesia dan banyaknya faktor yang berpengaruh dalam pemilihan obat-obatan antihipertensi sintetik, maka dituntut terus untuk mengembangkan obat yang berasal dari alam.
Kumis kucing (Orthosiphon stamineus) telah banyak digunakan sebagai diuretik di beberapa negara Asia Tenggara terutama Indonesia. Aktivitas diuretik ini disebabkan oleh adanya kandungan sinensetin yang mampu menurunkan tekanan darah (Almatar et al., 2014).
Kumis kucing sudah digunakan masyarakat untuk diuretik, pengobatan hipertensi, gout dan rematik (Barnes et al., 1996).
Menurut Adam Y (2009), Daun Kumis Kucing mengandung kalium yang bersifat diuretik. Kalium meningkatkan renal flow dan meningkatkan ekskresi natrium sehingga tekanan darah akan menurun.
Mekanisme kerja kalium dalam menurunkan tekanan darah bisa melalui beberapa cara, antara lain sebagai berikut:
- Kalium dapat mempengaruhi sistem renin angiotensin, yaitu dengan menghambat pengeluaran renin yang seharusnya mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I, karena adanya blok pada sistem angiotensin I maka pembuluh darah akan mengalami vasoldilatasi sehingga tekanan darah akan menurun (Guyton & Hall, 2007);
- Menurunkan potensial membran pada dinding pembuluh darah sehingga akan terjadi relaksasi pada dinding pembuluh darah yang akhirnya akan menurunkan tekanan darah (Guyton & Hall, 2007); dan
- Menurunkan pengeluaran aldosteron, sehingga sekresi Na dan air oleh ginjal meningkat, cairan atau volume intravaskular menurun, makan tekanan darah akan ikut menurun pula (Guyton & Hall, 2007).
Manfaat Daun Kumis Kucing sebagai antioksidan
Yam, et al. (2013), melaporkan bahwa ekstrak metanol daun kumis kucing menghasilkan kadar antioksidan yang tinggi dan tidak bersifat toksik.
Daun kumis kucing juga memiliki kandungan polyphenols yang tinggi yang merupakan antioksidan yang mencegah arterioskleroris dan mengurangi kekakuan dinding pembuluh darah (Lopes et al, 2000).
Daun Kumis Kucing juga mengandung senyawa Methylripariochromene A (MRC) yang memiliki efek penurunan denyut jantung, supresi kontraksi dan vasodilatasi, cardiac output akan turun dan tekanan darah menurun (Matsubara T, 1999).
Flavonoid dalam daun Kumis Kucing bersifat menyerupai ACE inhibitor sehingga angiotensin I tidak dapat diubah menjadi angiotensin II (V. Ivanov et al, 2005) yang menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah dan tekanan darah akan turun.
Kandungan benzochromenes [orthochromene A (11)], dua isopimarane-type diterpenes [orthosiphonone A (10), orthosiphonone B (11)], dan dua pimarane-type diterpenes [neoorthosiphol A (12), neoorthosiphol B (13)] memiliki efek inhibisi kontraksi otot polos maka akan terjadi vasodilatasi dan tekanan darah akan menurun (Ohashi et al, 2000).
Manfaat Daun Kumis Kucing sebagai antiinflamasi
Kumis kucing sudah digunakan masyarakat untuk diuretik, pengobatan gout dan rematik (Barnes et al., 1996). Pada penyakit gout dan rematik terjadi inflamasi, karena inflamasi merupakan manifestasi dari kerusakan jaringan.
Penelitian Anindhita (2007) menunjukkan infusa herba kumis kucing mempunyai daya antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar.
Tanaman kumis kucing mengandung berbagai senyawa kimia, salah satunya adalah flavonoid. Penelitian terhadap flavonoid dari beberapa tanaman mempunyai efek farmakologis sebagai antiinflamasi (Narayana et al., 2001). Flavonoid yang terdapat dalam simplisia daun kumis kucing bisa disari menggunakan air maupun etanol 70% (Harbone, 1987).
Dikemukan juga oleh Barnes et al (1996), bahwa berbagai zat kimia ada pada tanaman kumis kucing seperti flavonoid, baik flavonoid hidrofilik maupun flavonoid lipofilik. Flavonoid yang terdapat pada tanaman kumis kucing antara lain sinensetin, tetrametil sculaterin dan tetrametoksiflavon, eupatorin, salvigenin, circimaritrin, piloin, rhamnazin, trimetilapigenin, dan tetrametilluteonin. Kadar flavonoid lipofilik ini berkisar antara 0,2-0,3%, sedangkan kadar flavonoid glikosida yang bersifat hidrofilik juga sekitar itu. Flavonoid diketahui mempunyai aktivitas antiinflamasi.
Kandungan flavonoid lipofilik yang bersifat non polar, dan flavonoid glikosida yang bersifat polar pada tanaman kumis kucing ini. Etanol bisa menyari zat tersebut karena etanol merupakan pelarut universal yang bisa menarik zat dari yang mepunyai kepolaran relatif rendah sampai relatif tinggi. Ekstrak etanol daun kumis kucing memungkinkan mempunyai efek antiinflamasi karena sebagian zat yang terdapat pada ekstrak etanol daun kumis kucing sama dengan yang tersari dalam infusa herba kumis kucing, dan telah diketahui penelitian infusa herba kumis kucing menunjukkan efek antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar (Prayoga, S. 2008).
Hasil penelitian pada beberapa tanaman, diketahui flavonoid mempunyai aktivitas antiinflamasi. Aktivitas antiinflamasi ini bisa terjadi karena cincin bensopiron yang ada pada sruktur flavonoid bisa berikatan dengan enzim siklooksigenase dan lipooksigenase, selain itu jika flavonoid mempunyai gugus hidroksil pada C5 dan C7 maka gugus ini juga bisa berikatan dengan enzim lipooksigenase (Narayana et al., 2001).
Beberapa penelelitian lain juga yang telah dilakukan juga antara lain: kemampuan infusa daun kumis kucing secara in-vitro untuk melarutkan kalsium batu ginjal pada konsentrasi 5%; 7,5% dan 10% (Cahyono, 1990).
Uji toksisitas terhadap Arthemisia salina dengan ekstrak kloroform daun kumis kucing menunjukkan gabungan fraksi 4-5 fraksi kloroform larut metanol merupakan fraksi yang paling toksik terhadap Arthemisia salina. Senyawa yang terdapat dalam fraksi tersebut adalah senyawa fenol, flavonoid, dan terpenoid (Utami, 2005).
Penelitian Anindhita (2007) menunjukkan adanya daya antiinflamasi infusa herba kumis kucing dengan konsentrasi 5%, 10%, 20% pada tikus putih jantan galur Wistar.
Selain itu, Prayoga (2008) membuktikan ekstrak etanol daun kumis kucing memiliki efek antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar sebesar 64,120% (dosis 490 mg/kg BB).
Manfaat Daun Kumis Kucing Menghambat Bakteri Patogen
Penelitian tentang manfaat daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus) telah banyak dilakukan, diantaranya Nair, et al. (2014), menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat daun kumis kucing mampu menghambat bakteri patogen (Peudomonas aeruginosa, Aeromonas hydrophilla, Staphylococcus aureus) dan sel kanker kolon.
Demikianlah, manfaat daun kumis kucing, berdasarkan beberapa hasil penelitian, dan saat ini daun kumis kucing sudah banyak dijadikan teh daun kumis kucing, dan dapat dengan mudah dibeli di toko online seperti di Tokopedia.
Baca Juga: 15 manfaat penting bawang putih
Sumber:
Surahmaida, A., dkk. 2019. Senyawa Bioaktif Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus). Jurnal Kimia Riset, Volume 4 No. 1, Juni 2019.
Rumiyati, dkk. 2016. Uji Antihipertensi Kombinasi Ekstrak Herbal Selederi, Daun Kumis Kucing dan Buah Mengkudu Pada Tikus Galur Sprague Dawler Normal dan Hipertensi. Trad.Med.J, Vol. 21 (3), p 149-156, September-Desember 2016.
Budiman, E.D. 2013. Pengaruh Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus) Terhadap Kontraktilitas Otot Polos Vesika Urinaria Guinea Pig In Vitro.
Prayoga, S. 2008. Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar.